Baca Juga
FENOMENA Gerhana Matahari Total selalu menimbulkan polemik. Sebagian menghubungkannya dengan sesuatu yang baik, meskipun mayoritas meyakini peristiwa alam langka ini sebagai pertanda dari langit bahwa ada hal buruk yang akan terjadi.
Seperti kata Direktur Griffith Observatory di Los Angeles, California
E.C. Krupp, matahari telah lama menjadi sumber cahaya dan pusat
kehidupan makhluk hidup di Bumi, termasuk bagi manusia. Orang-orang
bergantung pada pergerakan dari Matahari dan juga Bulan, karena itulah
ada kepercayaan besar terhadap keadidayaan kedua benda langit tersebut.
Ketika ilmu pengetahuan manusia masih primitif, mitos-mitos dipakai
untuk menjelaskan fenomena alam. Demikian lah yang terjadi pada fenomena
Gerhana Matahari, yang hingga kini masih diyakini oleh beberapa
kelompok tradisional.
Berikut akan merangkum beberapa mitos terkait Gerhana Matahari Total dari seluruh penjuru dunia.
Negara-negara di Asia, seperti China meyakini bahwa gerhana
disebabkan oleh makhluk mistis Naga yang melahap matahari. Fenomena itu
dianggap sebagai pertanda buruk, sehingga mereka membuat bunyi-bunyian
yang bising selama gerhana untuk menakut-nakuti si naga.
Lain lagi di Vietnam yang percaya bahwa matahari bukan dimakan oleh
Naga, melainkan oleh Kodok atau Katak. Sementara masyarakat Korea
mengatakan gerhana terjadi karena anjing api mencoba mencuri matahari.
“Raja langit memerintahkan makhluk mistis itu untuk menangkap
matahari yang panas, terkadang juga menangkap bulan yang dingin.
Anjing-anjing itu seringnya gagal, namun ketika mereka berhasil
menggigitnya, terjadilah apa yang kita kenal dengan gerhana,” terang
Krupp, sebagaimana dikutip dari National Geographic, Rabu (9/3/2016).
Di India juga ada kepercayaan serupa yang lebih ekstrim. Orang
Hindu di India percaya bahwa peristiwa hilangnya matahari pada masa
terbitnya dapat mencemari air dan makanan. Oleh karena itu, mereka
menolak makan dan minum selama gerhana menyelimuti negerinya.
Orang-orang dilarang keluar rumah dan menengok ke arah matahari karena
akan tersedot pikirannya ke alam gaib. Para perempuan juga dipaksa
menghentikan pekerjaan memotong di dapur, sebab dapat membuat tangan
mereka teriris pisau.
Menurut kepercayaan Hindu, peristiwa gerhana bermula dari Iblis bernama Rahu dan Ketu, yang menyamar jadi Tuhan guna mencuri minuman abadi atau eliksir. Matahari dan bulan mengetahui niat jahat mereka dan melaporkannya kepada Dewa Wisnu.
Foto: Rahu (time and date)
Keduanya dihukum penggal oleh sang dewa. Namun, agak terlambat karena Rahu sudah meminumnya dan cairan itu sudah sampai di kerongkongan. Akibatnya kepala Rahu menjadi imortal, meskipun tubuhnya mati.
Dikisahkan kepala Rahu terus berkelana mengarungi angkasa. Ia mengejar matahari dan bulan dengan penuh kebencian. Suatu kali ia berhasil melahap matahari. Namun karena lehernya bolong, Matahari dengan mudah meloloskan diri. Itulah mengapa gerhana hanya terjadi sebentar saja.
Menurut kepercayaan Hindu, peristiwa gerhana bermula dari Iblis bernama Rahu dan Ketu, yang menyamar jadi Tuhan guna mencuri minuman abadi atau eliksir. Matahari dan bulan mengetahui niat jahat mereka dan melaporkannya kepada Dewa Wisnu.
Foto: Rahu (time and date)
Keduanya dihukum penggal oleh sang dewa. Namun, agak terlambat karena Rahu sudah meminumnya dan cairan itu sudah sampai di kerongkongan. Akibatnya kepala Rahu menjadi imortal, meskipun tubuhnya mati.
Dikisahkan kepala Rahu terus berkelana mengarungi angkasa. Ia mengejar matahari dan bulan dengan penuh kebencian. Suatu kali ia berhasil melahap matahari. Namun karena lehernya bolong, Matahari dengan mudah meloloskan diri. Itulah mengapa gerhana hanya terjadi sebentar saja.
Di belahan Bumi lain seperti Amerika Latin, mitos dan legenda
mengenai gerhana matahari juga diwartakan secara turun temurun.
Berdasarkan kepercayaan suku Maya dan Inka, orang Meksiko memandang
gerhana matahari berbahaya bagi perempuan yang sedang hamil. Para calon
ibu biasanya diwajibkan untuk berpakaian serba merah cerah dan
menyematkan peniti pada pakaiannya guna menangkal bala.
Yunani menghubungkan fenomena bulan menghadang matahari ini dengan kisah dewa-dewinya yang terkenal. Rakyat Mesopotamia menyalakan lilin seraya berdoa agar matahari segera bersinar kembali.
Tradisi Roma menganggap gerhana terjadi akibat dosa-dosa manusia, karena ada serigala yang memakan bintang besar tersebut atau karena bulan sedang bersembunyi dari Tuhan. Sementara di Mesir, orang percaya bahwa gerhana matahari adalah hasil dari pertarungan antara Apophis si ular, Dewa Apophis dan Dewa matahari Ra. Apophis keluar sebagai pemenangnya, dan untuk mengembalikan matahari ke langit, Firaun (keturunan langsung dari matahari) pergi mengitari kuil Osiris sampai gerhana itu selesai.
Foto: Ular Apophi versus Dewa Ra. (gks.uk)
Yunani menghubungkan fenomena bulan menghadang matahari ini dengan kisah dewa-dewinya yang terkenal. Rakyat Mesopotamia menyalakan lilin seraya berdoa agar matahari segera bersinar kembali.
Tradisi Roma menganggap gerhana terjadi akibat dosa-dosa manusia, karena ada serigala yang memakan bintang besar tersebut atau karena bulan sedang bersembunyi dari Tuhan. Sementara di Mesir, orang percaya bahwa gerhana matahari adalah hasil dari pertarungan antara Apophis si ular, Dewa Apophis dan Dewa matahari Ra. Apophis keluar sebagai pemenangnya, dan untuk mengembalikan matahari ke langit, Firaun (keturunan langsung dari matahari) pergi mengitari kuil Osiris sampai gerhana itu selesai.
Foto: Ular Apophi versus Dewa Ra. (gks.uk)
“Mitos favorit saya datang dari suku Batammaliba di Togo dan Benin, Afrika Barat,” kata pengamat lain, Maryboy.
Menurut mitologi yang beredar di kedua negara tersebut, matahari dan bulan bertengkar selama terjadinya gerhana. Orang-orang di Bumi kemudian menjadi penengah, yang meminta mereka untuk berhenti berperang.
“Suku Navajo juga menjadikan momen ini sebagai momen istimewa untuk merenung dan mencari keseimbangan kosmik. Mereka tahu bahwa itu hanya bagian dari hukum alam, tetapi mereka hingga kini masih berpegang teguh pada adat istiadatnya untuk bergelung di dalam rumah bersama keluarga, bernyanyi dan menahan diri dari makan, minum maupun tidur,” tutur etnograf perempuan itu.
Foto: Navajo. (ICTMN)
Menurut mitologi yang beredar di kedua negara tersebut, matahari dan bulan bertengkar selama terjadinya gerhana. Orang-orang di Bumi kemudian menjadi penengah, yang meminta mereka untuk berhenti berperang.
“Suku Navajo juga menjadikan momen ini sebagai momen istimewa untuk merenung dan mencari keseimbangan kosmik. Mereka tahu bahwa itu hanya bagian dari hukum alam, tetapi mereka hingga kini masih berpegang teguh pada adat istiadatnya untuk bergelung di dalam rumah bersama keluarga, bernyanyi dan menahan diri dari makan, minum maupun tidur,” tutur etnograf perempuan itu.
Foto: Navajo. (ICTMN)
Hanya Tahiti mungkin yang menganggap peristiwa gerhana sebagai
pertanda baik dan menyambut kedatangannya. Masyarakat Tahiti
percaya pada tahap itu matahari yang dinamakan Dewa Fati sedang
bercinta dengan Dewi Bulan. Kekuatan mereka tercurah ke negara yang
dilintasinya dan diyakini dapat membawa harapan dan
kesempatan-kesempatan baru yang dapat mengubah hidup orang-orang
menjadi lebih baik.
“Oleh karena Dewa Matahari dan Dewi Bulan sedang bersenggama hari ini, semoga kesempatan baru akan datang kepadaku. Selama gerhana, bayang bulan jatuh ke Bumi, mengantarkan keseimbangan waktu, sihir dan kelahiran kembali,” demikian nyanyian Bangsa Tahiti saat terjadi gerhana, dilakukan sambil menyalakan sebatang lilin putih sebagai perlambangan dari Dewa Matahari dan lilin hitam untuk Dewi Bulan, dilansir dari David Reneke.
Tahun ini, gerhana matahari total melewati langit Indonesia. Bertepatan dengan hari raya Nyepi yang jatuh pada hari ini Rabu (9/3/2016), akan ada 12 provinsi di tanah air yang dapat menyaksikan fenomena langka ini, yakni Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kalimantan, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, Papua Nugini dan berakhir di Lautan Pasifik.
Waktu terjadinya akan dimulai beberapa saat lagi, sekira pukul 6.20 dan berakhir kira-kira sejam kemudian. Namun begitu, di setiap wilayah yang akan dilintasinya, kita hanya bisa menyaksikan selama 3-4 menit saja.
sumber:
“Oleh karena Dewa Matahari dan Dewi Bulan sedang bersenggama hari ini, semoga kesempatan baru akan datang kepadaku. Selama gerhana, bayang bulan jatuh ke Bumi, mengantarkan keseimbangan waktu, sihir dan kelahiran kembali,” demikian nyanyian Bangsa Tahiti saat terjadi gerhana, dilakukan sambil menyalakan sebatang lilin putih sebagai perlambangan dari Dewa Matahari dan lilin hitam untuk Dewi Bulan, dilansir dari David Reneke.
Tahun ini, gerhana matahari total melewati langit Indonesia. Bertepatan dengan hari raya Nyepi yang jatuh pada hari ini Rabu (9/3/2016), akan ada 12 provinsi di tanah air yang dapat menyaksikan fenomena langka ini, yakni Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kalimantan, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, Papua Nugini dan berakhir di Lautan Pasifik.
Waktu terjadinya akan dimulai beberapa saat lagi, sekira pukul 6.20 dan berakhir kira-kira sejam kemudian. Namun begitu, di setiap wilayah yang akan dilintasinya, kita hanya bisa menyaksikan selama 3-4 menit saja.
sumber:
Tidak ada komentar
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar dengan Bijaksana