ads

Sabtu, 16 April 2016

Nelayan Ditantang Ahok Untuk Cari Ikan di Marunda

Dilihat  Kali

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tak bergeming dengan keluhan sejumlah nelayan tradisional yang terancam dari pembangu... thumbnail 1 summary

Baca Juga

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tak bergeming dengan keluhan sejumlah nelayan tradisional yang terancam dari pembangunan pulau reklamasi di pesisir pantai utara Jakarta. 

Ahok berpendapat, nelayan di Jakarta tak pernah mengerti mengenai kondisi laut di pesisir Jakarta. Menurutnya, tak pernah ada ikan di pesisir Jakarta yang bisa ditangkap dan dijual oleh nelayan.

"Sekarang saya tanya, sebelum reklamasi kamu juga udah susah cari ikan di teluk Jakarta, mana ada ikan di teluk Jakarta, kamu kira teluk di Belitung? Kamu tanya, mana ada," ujar Ahok di Balaikota DKI Jakarta, Kamis (14/04/2016).

Bahkan, Ahok menantang para nelayan yang mengeluhkan akan pembangunan reklamasi untuk mencari ikan di pesisir Jakarta, terutama di wilayah Marunda.

"Sekarang kalau dari dulu teluk Jakarta ada ikan, sekarang oke, ada yang belum direklamasi di Marunda, kamu bisa cari ikan enggak di situ?" tantang Ahok.

Untuk itu, proyek reklamasi akan tetap jalan meski dapat pertentangan dari nelayan Tradisional. Karena Ahok yakin, pembangunan reklamasi tak akan merusak lingkungan.

"Reklamasi akan jalan. Seluruh dunia akan lakukan reklamasi. Yang penting tidak merusak lingkungan, terus mesti adil. Juga membenahi rakyat dan negara. dan rakyat dapat apa ini penting," tandas Ahok.

Sementara itu, Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) menyesalkan pembangunan proyek reklamasi 17 pulau di Teluk Jakarta. KNTI menilai proyek tersebut telah menurunkan pendapatan nelayan sekitar 40 hingga 50 persen.

Penyebabnya, para nelayan khawatir akses mereka untuk melaut menjadi terbatas sejak perairan utara Jakarta diprivatisasi dengan pulau-pulau buatan tersebut.

Dampaknya, hasil tangkapan menurun drastis karena kualitas laut Jakarta makin buruk. Reklamasi telah menambah tingkat kekeruhan air sehingga nelayan harus pergi lebih jauh untuk menangkap ikan.

Selain itu, kegiatan pembangunan di pulau-pulau reklamasi juga mengakibatkan laju arus air melambat hingga berpotensi menggenangi kampung nelayan.

Dari sisi sosial, pulau reklamasi yang lebih diperuntukkan bagi warga dengan penghasilan besar itu dianggap akan makin menunjukkan kesenjangan sosial jika disejajarkan dengan tempat tinggal nelayan yang sebagian besar merupakan perkampungan kumuh.

Meskipun pendapatan berkurang dan sebagian nelayan terpaksa menyambung hidup dengan menjadi buruh serabutan, tidak banyak nelayan yang ingin beralih profesi.

"Untuk beralih dari nelayan ke pekerjaan lain, kan tidak mudah, itu sudah jadi akar budaya mereka. Laut adalah bagian penting kehidupan nelayan," tutur Ketua Dewan Pembina Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI), Chalid Muhammad.


Tidak ada komentar

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar dengan Bijaksana