Baca Juga
Pengemudi kerap membuat berbagai kekeliruan saat mengemudikan mobilnya di jalanan basah, misalnya saat hujan tiba.
banyak hal yang melatar belakangi temuan ini. Kemampuan berkendara,
pemahaman mengenai karakter mobil dan rambu lalu lintas menjadi faktor
penyebab terjadinya kecelakaan di saat hujan.
Ketika berkendara dalam kondisi hujan, segala kemungkinan yang tidak
diprediksi bisa terjadi. Anda tentu saja harus mengantisipasinya.
“Ada beberapa kesalahan yang sering ditemukan di jalan raya saat
musim hujan. Seperti menyalakan lampu hazard, melaju terlalu pelan atau
kencang, pindah lajur secara mendadak, tidak jaga jarak aman, serta
menghindari motor yang tiba-tiba meneduh dengan spontan,” kata Training
Director The Real Driving Center (RDC), Marcell Kurniawan.
“Menyalakan lampu hazard justru bisa membingungkan pengemudi lainnya
dan lampu yang berkelap-kelip bisa menyebabkan highway hipnotized yang
membuat pengemudi sekitar kehilangan kesadaran,” ujar Marcell.
Yang dimaksud dengan highway hipnotized adalah terjadinya hipnotis
saat mengemudi di jalan raya, seperti kehilangan fokus atau kesadaran
yang diakibatkan oleh kelelahan ditambah melihat sesuatu yang
berulang-ulang.
Misalnya, lampu hazard, lampu rotari polisi atau marka jalan.
“Jadi lebih baik bila menyalakan rear fog lamp atau lampu senja agar
pengemudi sekitar mengetahui keberadaan mobil Anda,” tambah Marcell.
1. Tidak Menjaga Jarak Aman
Senantiasa jaga jarak aman dengan kendaraan di depan
Kesalahan lain yang juga umum ditemukan saat berkendara di musim hujan adalah pengemudi tidak menjaga jarak aman. Seringkali pengemudi tidak sabar sehingga jaraknya terlalu dekat dengan mobil depannya.
Padahal, jalanan yang basah membuat berkurangnya traksi, akibatnya jarak pengereman menjadi lebih jauh, dibandingkan dengan jalan dalam kondisi kering.
Begitu juga saat berkendara di tol, gunakan acuan rambu lalu lintas kecepatan minimum jangan kecepatan maksimum.
Menteri Perhubungan menetapkan Peraturan Nomor PM 111 tahun 2015 tentang tata cara penetapan batas kecepatan. Peraturan itu menyebutkan batas kecepatan minimum di jalur bebas hambatan, ialah 60 km/jam.
Hal ini untuk menghindari accident, karena semakin cepat mobil berjalan akan semakin jauh jarak berhentinya. Usahakan kecepatan mobil stabil dan jangan terlalu jauh perbedaan kecepatan dengan mobil lain.
Kesalahan lain yang juga harus diwaspadai adalah menghindari motor yang tiba-tiba meneduh. Biasanya ini terjadi ketika awal hujan dimana banyak pengendara motor secara tiba-tiba berhenti untuk segera berteduh.
“Pengemudi perlu berpikir ketika awal hujan, ‘bagaimana bila tiba-tiba pengendara motor memotong jalan saya untuk berteduh?’ sehingga ada perencanaan tindakan yang harus diambil,” pungkasnya.
Lain halnya ketika hujan sudah lama dan pengendara motor sudah banyak yang berteduh, risikonya lebih kecil. Cukup menyesuaikan kecepatan serta jaga jarak aman dengan sepeda motor yang berada di pinggir jalan atau di bawah flyover.
Senantiasa jaga jarak aman dengan kendaraan di depan
Kesalahan lain yang juga umum ditemukan saat berkendara di musim hujan adalah pengemudi tidak menjaga jarak aman. Seringkali pengemudi tidak sabar sehingga jaraknya terlalu dekat dengan mobil depannya.
Padahal, jalanan yang basah membuat berkurangnya traksi, akibatnya jarak pengereman menjadi lebih jauh, dibandingkan dengan jalan dalam kondisi kering.
Begitu juga saat berkendara di tol, gunakan acuan rambu lalu lintas kecepatan minimum jangan kecepatan maksimum.
Menteri Perhubungan menetapkan Peraturan Nomor PM 111 tahun 2015 tentang tata cara penetapan batas kecepatan. Peraturan itu menyebutkan batas kecepatan minimum di jalur bebas hambatan, ialah 60 km/jam.
Hal ini untuk menghindari accident, karena semakin cepat mobil berjalan akan semakin jauh jarak berhentinya. Usahakan kecepatan mobil stabil dan jangan terlalu jauh perbedaan kecepatan dengan mobil lain.
Kesalahan lain yang juga harus diwaspadai adalah menghindari motor yang tiba-tiba meneduh. Biasanya ini terjadi ketika awal hujan dimana banyak pengendara motor secara tiba-tiba berhenti untuk segera berteduh.
“Pengemudi perlu berpikir ketika awal hujan, ‘bagaimana bila tiba-tiba pengendara motor memotong jalan saya untuk berteduh?’ sehingga ada perencanaan tindakan yang harus diambil,” pungkasnya.
Lain halnya ketika hujan sudah lama dan pengendara motor sudah banyak yang berteduh, risikonya lebih kecil. Cukup menyesuaikan kecepatan serta jaga jarak aman dengan sepeda motor yang berada di pinggir jalan atau di bawah flyover.
2. Persiapkan Mobil dengan Baik
Cek kondisi mobil, termasuk mesin, sebelum berangkat
Ketika musim hujan, tidak hanya perilaku berkendara yang harus disesuaikan tapi kondisi mobil pun juga harus tetap terjaga.
Beberapa hal sederhana seperti memeriksa kondisi ban, apakah masih layak digunakan atau tidak.
Berkurangnya traksi antara ban dengan aspal akan lebih berisiko bila kembang pada ban sudah tipis.
Efeknya ban tidak memberikan traksi yang maksimal ketika terjadi pengreman mendadak atau bermanuver.
Selain ban, perhatikan juga visibilitas yang menurun. Terbatasnya jarak pandang membuat risiko kecelakaan lebih besar 20 persen.
Penggunaan whaser wiper sangat direkomendasikan agar mudah membersihkan kotoran yang berasal dari cipratan ban kendaraan lain.
Cek kondisi mobil, termasuk mesin, sebelum berangkat
Ketika musim hujan, tidak hanya perilaku berkendara yang harus disesuaikan tapi kondisi mobil pun juga harus tetap terjaga.
Beberapa hal sederhana seperti memeriksa kondisi ban, apakah masih layak digunakan atau tidak.
Berkurangnya traksi antara ban dengan aspal akan lebih berisiko bila kembang pada ban sudah tipis.
Efeknya ban tidak memberikan traksi yang maksimal ketika terjadi pengreman mendadak atau bermanuver.
Selain ban, perhatikan juga visibilitas yang menurun. Terbatasnya jarak pandang membuat risiko kecelakaan lebih besar 20 persen.
Penggunaan whaser wiper sangat direkomendasikan agar mudah membersihkan kotoran yang berasal dari cipratan ban kendaraan lain.
Tidak ada komentar
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar dengan Bijaksana